
Karawang, Wartacana.com – Di tengah hiruk pikuk pembangunan modern Karawang, berdiri tegak sebuah permata sejarah yang sering luput dari perhatian. Namanya, Klenteng Bio Kwan Tee Koen.
Bangunan ini bukan sekadar tempat ibadah, melainkan juga narator bisu yang menyimpan jejak panjang peradaban Tionghoa di tanah Pasundan. Lewat kelenteng itu, tergambar kisah akulturasi dan perjuangan dari masa ke masa.
Melangkah masuk ke Klenteng Bio Kwan Tee Koen seolah menyeruak lorong waktu. Aroma dupa semerbak menyeruak, berpadu dengan ukiran naga yang perkasa dan ornamen khas Tionghoa yang telah memudar dimakan usia.

Setiap sudut klenteng ini memancarkan aura sakral. Bukti nyata bahwa bangunan ini sudah ada jauh sebelum Karawang menjadi sentra industri seperti sekarang.
Menurut catatan sejarah lokal yang beredar dari mulut ke mulut, Klenteng Bio Kwan Tee Koen diyakini berdiri sejak abad ke-18 atau bahkan lebih awal. Karena itu, Klenteng ini disebut-sebut sebagai salah satu klenteng tertua di Jawa Barat.
Ia didirikan oleh para perantau Tionghoa yang datang ke Karawang untuk berdagang atau mencari penghidupan baru. Mereka membawa serta keyakinan dan tradisi, lalu mendirikan tempat ibadah ini sebagai pusat spiritual dan komunitas.
Lebih dari sekadar tempat sembahyang, Klenteng Bio Kwan Tee Koen dulunya berperan vital sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya masyarakat Tionghoa setempat. Di sinilah mereka berkumpul, berbagi cerita, merayakan festival, hingga menyelesaikan perselisihan. Bangunan ini menjadi jangkar kemajemukan di Karawang.
“Pada tahun 2000an di era Gusdur, kami yang pertama melakukan kirab budaya. Klenteng lain belum,” tutur Herry Wiratma selaku Ketua Umum Pengurus Klenteng, yang ditemui di sela-sela aktivitasnya. “Seiring berjalannya waktu, Pemda Karawang juga turut membantu melestarikan perayaan ini dan dijadikan kebudayaan lokal. Umat agama lain juga boleh ikut meramaikan, karena kami terbuka.”
Patung Dewa Kwan Tee Koen yang gagah berani di altar utama menjadi simbol kekuatan dan keadilan. Konon, banyak umat yang datang untuk memohon petunjuk dan perlindungan, terutama saat menghadapi kesulitan. Kisah-kisah keberanian dan kearifan Kwan Tee seolah meresap ke dalam dinding-dinding klenteng, menginspirasi generasi demi generasi.
Di tengah gempuran modernisasi, upaya pelestarian Klenteng tertua ini menjadi krusial. Komunitas Tionghoa Karawang, bersama berbagai pihak, bahu membahu merawat dan menjaga kelestarian bangunan bersejarah ini. Mereka sadar, klenteng ini adalah penanda penting sejarah multikultural Karawang.
“Kami berharap generasi muda bisa terus belajar dari sejarah klenteng ini,” tambah Herry. “Ini adalah bukti nyata bahwa perbedaan bisa bersatu, dan warisan budaya adalah kekayaan tak ternilai yang harus kita jaga bersama.”
Dengan dukungan pemerintah daerah dan partisipasi aktif masyarakat, Klenteng Bio Kwan Tee Koen tidak hanya menjadi pusat peribadatan, namun juga simbol keragaman budaya yang terus hidup di tengah masyarakat Karawang.
Klenteng Bio Kwan Tee Koen, dengan segala kerendahan hati dan kemegahan sejarahnya, tetap berdiri kokoh, menanti siapa saja yang ingin menyelami kisahnya, memahami akar budaya, dan menghargai jejak peradaban yang tak lekang oleh waktu di Karawang.
Tim Penulis: Avrilriani Magdalena Lumban Tobing, Emilia Delfina Munthe, Sheira Aurellia
4r0tv0
0qba3z
a70in7
y9rz3k
h3jdds
knvnnx
fdlf0i