Karawang Banjir Lagi, Derita Tahunan Warga Sukamakmur Belum Berakhir

Karawang, Wartacana.com – Bukannya berpuasa dengan khusyuk dan tenang, warga Desa Sukamakmur Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, harus berjuang melawan banjir pada awal Ramadan. Banjir besar kembali merendam pemukiman mereka.

Dadang (47), warga yang telah menetap di Sukamakmur sejak 2007, menceritakan detik-detik saat air mulai masuk ke rumahnya. “Masuk bulan puasa pertama tanggal 28 Februari 2025, itu udah mulai banjir. Sekitar jam 10 WIB air datang cepat, setengah hari kemudian kami terpaksa ngungsi,” jelasnya.

Saat itu, ia sedang berada di rumah bersama keluarga. Tak banyak yang bisa diselamatkan hanya menyimpan barang-barang ketempat yang lebih tinggi yaitu atap rumah, kecuali anak-anak dan barang seadanya untuk dibawa ke pengungsian.

Lokasi pengungsian pun bukan hal baru. “Kami ngungsi ke kontrakan Pak Haji Onal, seperti biasa. Sudah jadi tempat tetap tiap tahun karena dataran nya lebih tinggi. Sekitar 36 KK ngungsi ke sana,” tambah Dadang.

Ketua RT 04/02 Sukamakmur, Sohib Rudiatna (48), mengonfirmasi bahwa banjir pada Ramadan tahun ini mengakibatkan sekitar 70 rumah terdampak. “Air mulai naik sejak 28 Februari dan baru surut sekitar 10 April, hampir dua minggu. Ketinggian air mencapai 60 sentimeter,” jelas Sohib.

Warga dievakuasi menggunakan lima perahu karet dari desa dan BPBD, dengan bantuan relawan. Selain kontrakan Haji Onal posko pengungsian juga didirikan di Masjid Jami Nurul Hidayah, sementara dapur umum disediakan untuk kebutuhan logistik.

Berdasarkan penelusuran Tim Wartacana, Desa Sukamakmur adalah daerah langganan banjir. Hampir setiap tahun masyarakat Desa Sukamakmur diterjang banjir.

Setidaknya selama satu dekade lebih, bencana banjir selalu menghantui warga. Bahkan masyarakat sekitar sudah merasa hidup berdampingan dengan banjir, karena belum ada solusi jangka panjang dari pihak berwenang.

Yuyanti (45), warga asli Sukamakmur yang telah mengalami banjir sejak menikah tahun 2007 lalu, mengungkapkan kelelahan dan keputusasaannya. Setiap mau banjir, air selalu datang cepat.

Yuyanti dan keluarganya langsung bergegas mengungsi. Seringkali karena banjir, anak-anaknya tidak sekolah. Bahkan yang lebih apesnya, gerobak gorengan jualan Yuyanti harus hancur karena diterjang banjir, sangat memengaruhi perekonomian. “Gerobak dua kali hancur gara-gara banjir,” kisahnya.

Setelah banjir surut, masalah tidak begitu saja selesai. Yuyanti harus berjibaku dengan lumpur yang tebal. “Saya harus membersihkan lumpur setebal sejengkal dari dalam rumah,” ujarnya.

Di Desa Parungsari, desa tetangga Sukamakmur juga lokasi langganan banjir. Pada bulan ramadhan lalu, banjir datang sekitar pukul 3 pagi dan terus membesar hingga sore hari.

“Kalau di saya setengah meter, tapi di Kulon Leuwiasem, tinggi air sampai satu meter. Tapi bantuan ke sini nggak ada sama sekali. Pegawai pemerintah juga jarang turun,” keluh Saiman, warga Desa Parungsari.

Menurut Saiman, banyak warga yang saling membantu, agar dapat mengungusi secepatnya ketika banjir datang. “Cuma kalau di Parungsari ngga separah Sukamakmur dan Karangligar,” ujarnya.

Bencana banjir ini berulang hampir setiap tahun, terutama saat puncak musim hujan antara Desember hingga Maret, serta saat Ramadan. Titik terparah berada di sepanjang aliran Sungai Cibeet dan Citarum yang melewati Sukamakmur dan sekitarnya.

Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang, Ilyas ketika diwawancara (Sumber. Dok. Wartacana)
Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang, Ilyas ketika diwawancara (Sumber. Dok. Wartacana)

 

Menurut Ilyas, Staf Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Karawang, faktor utama penyebab banjir adalah kombinasi antara topografi Karawang yang datar dan rendah serta pertemuan debit Sungai Cibeet dan Citarum.

Ilyas menjelaskan bahwa pihaknya sudah membuat dokumen rencana penanggulangan bencana. “Itu nanti rencana penanggulangannya sesuai dengan prioritas dari kajian risiko bencana, bencana paling tinggi itu apa yang sekiranya paling beresiko sampai ke yang paling tidak beresiko, itu di apa dibahas didalam kajian rencana penanggulangan bencana,” ujarnya kepada Tim Wartacana.

Hanya saja, kata Ilyas, seringkali implementasi penanggulangan bencana terganjal anggaran. “Implementasinya terganjal anggaran dan koordinasi lintas sektor,” jelasnya. Ia mengaku bahwa data kerugian banjir masih bersifat subjektif dan belum bisa dijadikan acuan ekonomi yang pasti.

Menurutnya penanganan banjir dilakukan dengan mengaktifkan posko darurat, menyalurkan bantuan logistik seperti makanan, air minum, dan tikar. Relawan dari berbagai unsur turun ke lokasi terdampak.

Begitulah penanganan bencana banjir di Karawang. Karena itu, masyarakat yang menjadi korban seperti Yuyanti dan Saiman selalu resah, jika musim hujan.

Mereka menilai bantuan dari pemerintah hanya bersifat jangka pendek. “Kami butuh solusi, bukan sekadar bantuan mi instan. Sudah bertahun-tahun begini, rumah udah sering kerendam, takutnya ambruk,” keluh Yuyanti.

Hal senada diungkapkan Pak Saiman, “Saya mau minta kali diperbaiki, cuma itu aja kok. Jangan terulang lagi, kasihan warga-warga. Soalnya kalau banjir, rel perahu juga nggak berjalan.”

Hingga kini, warga Sukamakmur dan sekitarnya hanya bisa berharap pemerintah segera membangun pintu air, memperbaiki saluran irigasi, dan mengatur kembali tata kelola aliran Sungai. “Sama jangan ada lagi kawasan industri yang membuang limbah sembarangan ke sungai agar banjir tidak lagi menjadi rutinitas tahunan yang menyengsarakan,” ujar Saiman.

Tim Penulis: Mulyana Efendi, Ratna Wulansari, & Retno Andini

JMM

Related Posts

Angka Pengemis Yang Terus Melonjak di Kabupaten Karawang. Apa Yang Harus Dilakukan?
  • JMMJMM
  • June 10, 2025

Karawang, Wartacana.com– Fenomena meningkatnya jumlah pengemis di Kabupaten Karawang kian menjadi sorotan masyarakat. Dalam beberapa bulan terakhir, warga mengeluhkan makin seringnya kehadiran pengemis di titik-titik strategis seperti lampu merah, area…

Read more
Maraknya Anak-Anak di Balik Manusia Silver Karawang
  • JMMJMM
  • June 9, 2025

  Wartacana.com, Karawang – Memprihatinkan! Banyak anak-anak di Karawang memilih berhenti sekolah, demi menjadi manusia silver, agar bisa menafkahi perekonomian keluarganya. Mereka rela membunuh cita-citanya hanya untuk membantu orang tuanya…

Read more

One thought on “Karawang Banjir Lagi, Derita Tahunan Warga Sukamakmur Belum Berakhir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You Missed

Mahasiswa KKN Unsika Desa Sumbersari Membantu UMKM Jangkrik, dengan Melakukan Sosialisasi Pasar Digital

  • By JMM
  • July 3, 2025
  • 47 views
Mahasiswa KKN Unsika Desa Sumbersari Membantu UMKM Jangkrik, dengan Melakukan Sosialisasi Pasar Digital

Efektivitas QRIS-Tap MRT Jakarta: Sorotan di Lapangan?

  • By JMM
  • June 11, 2025
  • 127 views
Efektivitas QRIS-Tap MRT Jakarta: Sorotan di Lapangan?

Angka Pengemis Yang Terus Melonjak di Kabupaten Karawang. Apa Yang Harus Dilakukan?

  • By JMM
  • June 10, 2025
  • 100 views
Angka Pengemis Yang Terus Melonjak di Kabupaten Karawang. Apa Yang Harus Dilakukan?

Jalan Karawang Rusak Melulu & Pilu Korban Kecelakaan

  • By JMM
  • June 10, 2025
  • 79 views
Jalan Karawang Rusak Melulu & Pilu Korban Kecelakaan

Redupnya Kantin Depan Unsika

  • By JMM
  • June 10, 2025
  • 79 views
Redupnya Kantin Depan Unsika

Butuh Strategi Atasi Macet Saat Wisuda Unsika

  • By JMM
  • June 10, 2025
  • 111 views
Butuh Strategi Atasi Macet Saat Wisuda Unsika